New Trip Unhoped For
Monday, June 1, 2015
Add Comment
New Trip Unhoped For, unhoped memang tak diharapkan. Jolangkung beach, benar-benar pantai yang tak dikenali namanya. Pantai yang sama sekali tak terdaftar dalam list perjalanan trip 8CM. Namun ada banyak hal yang kami lewati tanpa terasa benar-benar menjadi salah satu trip dengan berbagai macam sensasi. Lelah pasti, emosi, lapar, putus asa, kecewa, kedinginan, kehujanan, namun semua itu terbayar dengan bingkisan Tuhan yang berharga bagi kami.
Bisa dibilang kami ber-8 ini mahasiswa yang takut banget kalau lagi sendiri. Apalagi kalau urusan main ber-8, wah semua bisa dinomor duakan. Tepatnya tanggal 25 April 2015, malam itu akhirnya kami bisa berkumpul lengkap diluar dugaan. Walaupun molor dan bingung cari tempat, akhirnya tercapai juga cita-cita untuk nongkrong, walaupun hanya di taman kunang-kunang depan kampus sendiri. Serambi main UNO, kami merencanakan untuk segera pulang malam itu agar rencana esok hari ke pantai Clungup bisa terlaksana dengan keberangkatan pukul 06.00 WIB (Waktu Indonesia Barat). Akhirnya dua cewek tidur di-kosku, yang satu di markas, yang cowok ke mana saja bisa.
Sudah diduga memang 06.00 WIB (Waktu Indonesia Banget), banget molornya. Jam 6 ada yang masih tidur, nonton film, belum mandi dan sebagainya. Akhirnya sekitar pukul 07.00 kami berkumpul, itupun masih aja ribet (biasalah anak muda), ada si Dana yang super safety, ada yang ribet bensin, mas hasan yang ribet air sama beli makanan temennya, ada yang ribet jaket. Aku dan ariska saja yang terlihat santai. Sekitar pukul 07.30 kami berangkat dengan semangat untuk mengejar satu tujuan kami yaitu “PANTAI CLUNGUP”. Yang katanya dengan menuju pantai tersebut, kita bisa merengkuh tiga pantai dengan panorama indah sekaligus. Biasalah anak muda selalu mengejar “yang katanya”.
Kami menikmati perjalanan, seperti biasa ainy membeli rambutan untuk ngemil bersama. Setelah cukup jauh perjalanan dan kira-kira masih seperempat jalan yang kami lewati, cuaca sama sekali tidak bersahabat. Hujan begitu deras yang memberikan kami dua pilihan untuk berhenti dan berteduh, atau melanjutkan perjalanan dengan berbagai resiko. Kami lebih memilih melanjutkan perjalanan dengan harapan bisa sampai sebelum sore. Di tengah perjalanan kami mengenakan mantel, tapi tetap saja air hujan tidak mau kalah menyerang. Karena mungkin tergesa-gesa, dana dan ainy sampai tidak sadar bahwa rambutan mereka jatuh. Setelah teringat, mas hasan dan aku mencoba kembali ke jalan yang sudah dilewati. Ternyata memang benar, kami menemukan sebungkus plastik rambutan, untung tidak ada yang ambil.
New Trip Unhoped For, Tak terasa bahwa hujan mulai reda, kami terus melanjutkan perjalanan walau basah-basahan. Kemudian tibalah kami di perempatan jalan. Kami semua mengikuti arahan dari sang sesepuh (mas hasan) untuk memilih jalur kiri. Ketika dipandang dari jauh, rasanya sangat tidak mungkin. Jalur itu merupakan gunung kecil yang sudah digali dan diratakan untuk dijadikan jalan. Tekstur tanahnya lembek, licin, berwarna kuning, yang jelas sangat menyengsarakan pengendara yang melewatinya. Dengan berbagai ekspresi kami melewatinya. Ada yang putus asa, menyerah, santai saja, ada juga yang kegirangan luar biasa. Selama melewati jalan itu, kami menahan lapar demi untuk makan bersama saja ketika sampai pantai.
Setelah memakan waktu cukup lama dari “sebut saja jalan menuju bahagia” itu, kami disabut jalan beraspal meliuk-liuk, sepi, sehingga hembusan angin benar-benar terasa, melayangkan bahagia jiwa, terasa seperti terbang. Ditambah lagi kami disambut sederetan pantai tanpa nama yang memamerkan keindahannya di sepanjang jalan. Mata kami langsung terpana, seperti biasanya di atas motorpun kami masih sempat selfie-selfie.
Sepanjang jalan kami bahagianya benar-benar natural. Ditambah lagi ketika akan sampai pintu masuk clungup kebahagiaan kami semakin bertambah. Sesampainya disana kami serasa dijatuhkan dari tebing ribuan meter. Banyak wajah kecewa yang berbalik arah dari pintu masuk clungup. Dan bisa dipastikan kamipun begitu. Jalan menuju Clungup sedang dalam kondisi tidak baik. Dipaksa seperti apapun, penjaga tetap tidak mengizinkan pengunjung untuk masuk. Kami berbalik arah dengan kekecewaan. Tapi ya beginilah kami, kekecewaan itu seperti angin lalu saja. Datang sebentar tiba-tiba seperti mendapat pencerahan, inspirasi dengan lampu di atas kepala, yang membawa kami untuk tetap bahagia dengan mencari pantai lain. Memang benar, ketika yang di akhir-akhir gagal, yang pertama akan menjadi satu-satunya harapan. Daripada menelan kekecewaan yang mendalam dan pulang tanpa membawa suatu kenangan. Akhirnya kami balik arah dengan tujuan ke pantai-pantai sepanjang jalan yang kami lewati saat keberangkatan. Setelah mata terus menengok sepanjang pantai. Kami tertarik di suatu pantai tanpa karang, ombak yang bersahabat, terdapat gubuk kecil terbuka, dan air yang memancar dari sebuah pipa air. Dengan tulisan yang tersembunyi dibalik gapura, kami mengetahui nama pantai itu pantai “Jolangkung”, nama yang cukup horor.
Setelah menginjakkan kaki disana (sekitar pukul 12.30) kami melihat-lihat pantai sekitar. Foto-foto dengan si ratu selfie “Isya”, dan mengadaptasikan mata dengan pemandangan sekitar. Namun satu hal yang dari tadi dikejar-kejar, yaitu makan. Makan-pun dimulai, rasanya nasi pecel sudah bercampur air hujan, hambar, tanpa rasa, tanpa pesona. Tapi ya beginilah kami, semua jadi baik-baik saja dan tetap seru selama kami makannya berjamaah. Setelah makan, kami melanjutkan untuk melenyapkan kegundahan, melepaskan kepenatan dengan pesona pantai Jolangkung. Semua diawali tanpa rencana, terjadi begitu saja, tertawa ria, foto selfie menggila tidak lupa tripot yang setia, cebur-ceburan, dorong-dorongan, basah-basahan. Kami benar-benar merasakan keindahan hanya milik kami ber-8. Jika diceritakan kegiatan runtut dari awal hingga akhir rasanya tidak akan muat, karena memang semua terjadi bukan untuk diceritakan kembali, namun untuk dikenang selamanya, New Trip Unhoped For.
Makan bersama di pantai |
Tanpa terasa waktu sudah hampir pukul 4 sore, kami bersiap-siap pulang agar bisa keluar dari jalanan sepi nanti sebelum malam. Kami meninggalkan pantai Jolangkung dengan sejuta kenangan. Motor para cowok yang begitu indahnya dengan hiasan alamnya, dan yang baru kusadari adalah filosofi nama pantai. “JOLANGKUNG”, ingatkah kalian dengan tokoh misteri Jelangkung dengan kebanggannya “Datang tak Dijemput Pulang tak Diantar”. Seperti halnya kami yang tidak dijemput dengan keinginan sedikitpun untuk ke pantai itu, dan pantai itu-pun tidak mengantarkan kami untuk membuat keindahannya menarik perhatian orang lain. Karena sebenarnya pantai itu biasa saja, jika kami menceritakan keindahan pantai itu orang pun tak tertarik dengan mudahnya. Karena yang membuat semua itu jadi indah adalah ketulusan kami untuk menyatukan diri dengannya (pantai Jolangkung), serta kebahagiaan sederhana yang selalu kami hadirkan. Dan itu adalah suatu keindahan luar biasa yang akan sulit dijamah oleh orang yang tidak memahaminya.
Perjalanan pulang berlanjut, dengan kendala ban bocor, kelelahan, kelaparan, dan lain-lain. Ya, semuanya membawa kebahagiaan, meninggalkan kenangan. Jangan pernah takut mendatangi alam dengan segala keunikannya. Tuhan jika umur ini masih ada, raga ini masih bernyawa, sebelum diri ini kembali di pangkuan bumi, izinkan kami untuk menjadikan alam ini sebagai saksi perjalanan suka duka kami.
by : Jeanyca Venti
Terima kasih sudah membaca New Trip Unhoped For semoga bermanfaat. Ketika alam dan pertualangan memanggil, Kejarlah dengan caramu. Waktu kita sangat sempit, tetapi belum terlambat untuk melakukan sesuatu sekarang. mulailah dengan hal yang kecil, hal kecil bila dilakukan terus menerus esok hari nanti maka akan menjadi sesuatu yang besar.
0 Response to "New Trip Unhoped For"
Post a Comment